Minggu, 12 Desember 2010

ETOS KERJA PERSONALIA PENDIDIKAN (Tela’ah terhadap kinerja personalia pendidikan di Indonesia)

Oleh; M. Yusron, M.S.I

Abstract

It's no secret that one of the factors of weakness in the Indonesian education system is the lack of human resources is adequate. The number of human resources that are less qualified education berimpas to stagnation. Personnel education in Indonesia is poor as a framework to run, they often look lazy, and tend to be passive, to look like a chess pawn that according to the master when he's running where. Therefore, reform and improvement of the work ethic of the personnel should be on improving education, by improving the quality of education quality in Indonesia.

A. Pendahuluan

Produktivitas lembaga pendidikan selama ini sangat akrab dengan berbagai persoalan yang meyangkut tenaga kependidikan yang dimiliki. Justifikasi terhadap terpuruknya lembaga pendidikan yang disebabkan oleh lemahnya tenaga personalia pendidikan yang dimiliki, sudah sangat akrab dikalangan telinga pemegang kebijakan pendidikan, pakar pendidikan, praktisi pendidikan, bahkan pada pelaku pendidikan itu sendiri.
Data di lapangan menunjukkan bahwa, kualitas kerja (kemampuan dan motivasi) yang dimiliki oleh dunia pendidikan sangat memprihatinkan. Rumitnya masalah administasi pendidikan, ketertinggalan Departemen Pendidikan (Diknas) dengan departemen lain, dan berbagai kasus lain menunjukkan betapa lemahnya kualitas kerja sumber daya manusia (personalia) yang dilimiki oleh lembaga pendidikan pada khususnya lembaga Pendidikan.
Pada saat dewasa ini, sadar ataupun tidak sadar dunia pendidikan telah berada pada era IT (Informasi dan Tekhnologi), ini artinya bahwa penggunaan tenaga mesin sudah mulai diprioritaskan sebagai pengganti dari tenaga manusia yang selama ini dipakai. Tantangan ini seolah semakin memperkeruh keadaan para personalia institusi pendidikan, berbagai pertanayaan muncul searah dengan fenomena ini, antara lain; Bagaimanakah prinsip kinerja personalia dalam pendidikan? Kapankah pembenahan kinerja personalia pendidikan dilakukan? Sudahkah personalia pendidikan Imempersiapkan diri mengahadapi globalisasi seperti sekarang ini? Dan upaya apa saja yang dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas personalia pendidikan merupakan berbagai pertanyaan yang sedidikit “Adigang, Adigung, Adiguno”.

B. Etos Kerja
1. Tela’ah Filosofis Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani Ethos yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan ataupun cara pandang atas seuatu atau pekerjaan. Cara pandang yang dimaksud tidak hanya sebatas seseorang melainkan juga sekelompok orang bahkan masyarakat, bangsa dan negara . Dalam pengertian agama, Islam memandang bahwa etos kerja adalah sebuah konsekwensi logis dari penciptaan manusia sebagai kholifatullah, yaitu wakil Allah dalam terminologi sebagai mahkluq yang menjaga bumi dan isinya agar dimanfaatkan sebagai bekal memenuhi kebutuhan hidup untuk senantiasa beribadah kepada-Nya .
Etos kerja mulai massif digunakan pada masa renaissanse, hal ini didasari atas realita bahwa pada saat itu masyarakat memandang bahwa kerja adalah sebuah seatu yang hina, kerja merupakan sesuatu yang tidak ada maknanya, dan pada saat itu mereka cenderung berfikir bahwa yang paling utama adalah bagaimana memuliakan Tuhan dengan berbagai cara yang wajib ditempuh. Realitas ini bahkan berdampak pada keterpurukan yang sangat mendalam terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sampai akhirnya kesadaran baru muncul yang dibawa oleh kelompk protestan yang memandang bahwa memuliakan Tuhan juga harus diwujudkan dengan bekerja keras, bukan semata berdo’a .
Dalam pandanganan agama, Islam sebagai agama yang boleh dikatakan full power dengan prinsip-prisip kemaslahatan seakan menghadapi polemik yang sama bahwa masalah etos kerja adalah problem pelik yang sudah teridentifikasi lama, namun sampai sekarang masih belum ditemukan solusinya. Sejarah membuktikan bahwa, filsafat Islam klasik yang lebih mempriortitaskan masalah ke-ilahi-an telah menjadikan umat-umat muslim yang inferior dan eksklusif. Akumulasi dari titik kejumudan ini adalah munculnya ulama’-ulama’ Islam pada abad pertengahan dengan berbagai eksperimen yang dikembangkan dalam ilmu pengetahuan, dengan tidak merubah tujuan inti dari ibadah yaitu mencari ridlo Allah SWT .
2. Prinsip-Prinsip Etos Kerja
1. Commitment:
Memiliki niat yang kuat dan tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan.
2. Confidence :
Percaya diri, memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dan berani mengambil segala resiko (konsekuen).
3. Cooperative :
Terbuka dan bekerja sama dalam mengembangkan dirinya.
4. Care :
Sangat perhatian terhadap segala hal walaupun hal-hal yang bersifat kecil.
5. Creative :
Selalu mencari terobosan pada hal-hal yg baru.
6. Challenge :
Hambatan adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi untuk dipecahkan.
7. Calculation:
Setiap tindakan dan keputusan harus dipertimbangankan secara objektif, dan faktual serta terukur.
8. Communication :
Selalu menjalin komunikasi dan memperbanyak jaringan kerjanya ( net working).
9. Competiveness :
Senang berkompetisi sebagai dasar untuk ingin menjadi yang terbaik. Demikian juga sebagai dasar untuk selalu berinteropeksi, mencari kelemahan dan kekurangannya dan segera dicari jalan keluarnya.
10. Change :
Tidak takut terhadap perubahan, bahkan memiliki perasaan senang terhadap perubahan (spirit of change). Sadar dunia ini tidak abadi, segala sesuatunya akan berubah dan mengalir .

Dalam tulisan yang sama, Aliyah Rasyid menyuguhkan bahwa prinsip utama etos kerja yang dapat dikembangkan oleh personalia pendidikan, antara lain adalah; 1. Sifat loyalitas dan etos melayani pada dunia pendidikan, 2. Mengerti orang lain dahulu sebelum ingin dimengerti, 3. Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu; kelak anda akan menerima kebahagiaan melebihi apa yang anda harapkan, 4. Menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin dihargai orang .
3. Tujuan Etos Kerja
Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan prestasi kerja atau kinerja. Apabila landasan itu dibudayakan oleh manusia, maka secara eksplisit kita akan memiliki suatu budaya sikap kerja yang berorientasi kepada hasil, dengan sebuah keyakinan bahwa akan ada peningkatan terhadap hasil dan sesuai dengan tujuan yang telah dicanangkan. Pengerucutan dari sifat etos kerja adalah terciptanya budaya kerja yang merupakan sikap hidup yang berfungsi sebagai pendorong terciptanya manusia-manusia yang cerdas, terampil, mandiri dan memiliki kesetiakawanan, kerja keras, kraetif, produktif, berdisiplin, berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Secara umum, tujuan dari etos kerja dapat di sebutkan sebagai berikut; 1. sebagai penjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, 2. membuka komunikasi atau koneksi antar sesama personalia, 3. meningkatkan kesadaran dan penyesuain diri, 4. meningkatkan kualitas, efisiensi dan efektifitas kerja, sehingga meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam bekerja.

C. Aplikasi Etos Kerja Dalam Kinerja Personalia Pendidikan

Dalam konteks kekinian, masyarakat Indonesia dalam memandang masalah etos kerja acap kali terjebak ke dalam sebuah wacana keprihatinan terhadap nasib sumber daya manusia yang dimiliki. Selama ini masyarakat indonesia seakan kurang maksimal memahami dan memegang etos kerja dengan baik, apalagi jika melihat ketimpangan nasib bangsa ini dibandingkan dengan negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, Hongkong. China, Singapura dan lain sebagainya .
Indonesia sebagai sebuah negara, pada dasarnya telah mempunyai filsafat dan pandangan hidup, sebagai sebuah negara yang multikultur dan multi agama. Di dunia pendidikan pada umumnya, keprihatinan atas kualitas kerja yang dilaksanakan oleh para personalia pendidikan di negeri ini, sudah menjadi masalah yang selalu dikeluhkan oleh mayoritas insan pendidikan.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa harapan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dan negara adalah salah satu tugas yang harus di emban oleh lembaga pendidikan, karena bagaimanapun nasib bangsa ke depan, tergantung pada generasi sekarang yang sedang menjalani proses pendidikan. Sekali lagi, kalau kita berbicara masalah pendidikan, kita tidak mungkin melepaskan diri dari faktor personalia pendidikan, karena kualitas pendidikan adalah tanggung jawab dari personalia pendidikan itu sendiri, berhasil atau tidaknya bidang pendidikan pada masa depan tergantung dari good will dan etos kerja yang dimiliki oleh personalia pendidikan pada masa sekarang sekarang.
Dalam dunia pendidikan, produktivitas dari kinerja personalia pendidikan bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas unjuk kerja juga sangat penting untuk diperhatikan. Personalia pendidikan sebagai sekelompok individu yang bekerja sama dalam menjalankan roda kependidikan, sudah selayaknya mempunyai etos kerja yang tinggi, untuk membangun dan memajukan pendidikan sebagai sarana pembentukan harkat, martabat dan pembentuk peradaban bangsa di masa yang akan datang .
Setidaknya terdapat 2 teori yang dapat digunakan dalam memahami aplikasi etos kerja dalam kinerja personalia pendidikan
1. Model Vromiann
Vromian mengemukakan bahwa kinerja sebagai perwujudan dari etos kerja personalia pendidikan merupakan perkalian antara kemampuan dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa jika etos kerja seorang personalia pendidikan rendah dalam satu komponen, maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, jika etos kerja rendah pada personalia pendidikan, merupakan akumulasi dari dari hasil motivasi dan kemampuan yang rendah dari tenaga personalia tersebut.
2. Model Ander dan Butzin
Ander dan Butzin mengemukakan bahwa etos kerja dapat dilahirkan dari hasil interaksi antara kemampuan dan motivasi yang dimiliki personalia pendidikan, dengan kesimpulan bahwa keduanya harus seimbang, dan jika salah satu diantara du afaktor tersebut rendah, maka akan mempengaruhi kinerja dari tenaga personalia pendidikan .
Dari kedua teori etos kerja diatas, setidaknya dapat dianalisa bahwa keburaman perjalanan dunia pendidikan pada saat ini, boleh jadi disebabkan oleh rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh personalia pendidikan yang dimiliki oleh negara ini. kinerja personalia pendidikan yang kurang maksimal seperti dirasakan sekarang ini, boleh jadi karena dua variabel diatas yang belum terpenuhi dalam membentuk etos kerja yang maksimal. Pertama, bukan tidak mungkin ability atau kemampuan yang dimiliki oleh personalia pendidikan selama ini kurang mencukupi, sehingga dalam menjalankan kerjanya terkesan setengah hati dan asal-asalan. Kedua, rendahnya motivasi yang dimiliki oleh personalia pendidikan, ikut melanggengkan kecarut-marutan persoalan pendidikan yang selama ini membelenggu dunia pendidikan, dengan kata lain bahwa sumber daya manusia yang dimiliki oleh dunia pendidikan di Indonesia, terkesan masih jauh dari standart minimal yang ada.

D. Uapaya Peningkatan Etos Kerja Dan Kinerja Personalia Pendidikan

Menyikapi probelatika etos kerja dan kinerja personalia pendidikan di atas, setidaknya ada usaha-usaha yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas etos kerja dan kinerja personalia pendidikan, antara lain;
1. Pembinaan Disiplin Personalia Pendidikan
Pemegang kebijakan pendidikan harus selalu memupuk dan mampu menumbuhkan disiplin personalia pendidikan, terutama disiplin diri (self discipline). Tindakan-tindakan tersebut dapat dikembangan dengan cara-cara sebagai berikut; a) Membantu personalia pendidikan mengembangkan pola perilakunya, b) Membantu personalia pendidikan meningkatkan standart perilakunya, dan c) menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas kerja.
2. Pemberian motivasi
Setiap personalia pendidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain boleh jadi berbeda, hal tersebut memerlukan perhatian yang khusus dari pemegang kebijakan pendidikan, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam hal ini pemberian motivasi perlu dilakukan, sebagai pendorong untuk meningkatkan keefektifan kinerja personalia pendidikan.
3. Penghargaan (reward)
Penghargaan sangat penting dalam upaya penumbuhan etos kerja dan peningkatan kinerja personalia pendidikan. Melalui penghargaan ini personalia pendidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif, penghargaan seperti ini bisanya sangat erat kaitannya dengan prestasi yang dicapai oleh personalia pendidikan dalam menjalankan tugasnya.
4. Persepsi
Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindera. Persepsi yang baik yang baik yang dimiliki oleh personalia pendidikan akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta akan sekaligus meningkatkan kualitas produktivitas kerja .
E. Melacak Efektifitas Etos Kerja Melalui Indikator Kerja
1. Kehadiran
Salah satu faktor yang dapat dijadikan indaktor dalam menilai etos kerja yang dimiliki oleh personalia pendidikan adalah dengan melihat dan mempertimbangkan faktor kehadiran dalam melaksanakan tugas. Seorang personalia pendidikan yang terlihat rajin dan selalu ada pada setiap jam kerja efektif, secara tidak langsung menunjukkan bahwa dia memiliki komitmen, motifasi dan etos kerja yang tinggi dalam menjalankan tugsanya.
Memang faktor kehadiran dalam melihat efektivitas etos kerja yang dimiliki personalia pendidikan bukanlah tolok ukur satu-satunya yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh personalia pendidikan, namun setidaknya dengan melihat faktor kehadiran yang ada pada presensi, dapat dikatakan bahwa personalia yang selalu hadir saat jam efektif di temapt kerja setidaknya memberikan gambaran bahwa dia memili semangat dan etos yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
2. Produktifitas Kerja
Produktifitas kerja menjadi indikator kedua dalam melihat etos kerja yang dimiliki oleh personalia pendidikan. Produktifitas yang dimaksud adalah bagaimana dalam melaksanakan tugasnya, personalia pendidikan dapat menyelesaikan berapa tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan tepat waktu, efeisien dan efektif (tanpa ada kesalahan yang fatal dalam mengerjakan perkerjaannya).
Personalia pendidikan yang memiliki tanggung jawab dan etos kerja yang tinggi dalam melaksanakan tuganya akan selalu menghasilkan produk-produk yang minimal sesuai dengan target atau tenggang waktu yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya tersebut, karena personalia yang memiliki etos kerja tinggi dalam kaitannya dengan produktifitas kerja akan selalu enjoy dan merasa tidak ada belenggu waktu dalam melaksanakan semua perkerjaannya.
Personalia pendidikan seperti di atas bukan tidak mungkin dalam melaksanakan tugasnya tanpa melihat waktu atau jam kerja efektif, yang membatasi dia mengerjakan tugasnya, bagi personalia yang memiliki etos kerja tinggi dia akan mengerjakan dan meyelesaikan tugasnya minimal pada deadline waktu yang telah diberikan, atau bahkan dalam hitungan waktu dimana dia harus mengerjakan satu pekerjaan, dia dapat mengerjakan lebih dari itu. Hal ini memang jarang kita temui di semua personalia pendidikan, namun kesadaran akan tanggtung jawab personalia pendidikan dalam upaya penigkatan produktifitas harus selalu dipupuk oleh top leader yang notabene sebagai motivator dalam menjalankan semua pekerjaan yang yang diamanahkan kepada personalia pendidikan.
3. Kualitas Pekerjaan
Dua variabel di atas (Kehadiran dan Produktifitas) bukanlah semata-mata patokan utama bagi seorang personalia yang memiliki etos kerja yang tinggi. Semua faktor itu tidaka akan berguna kalau dilihat dari indikator ketiga ini yaitu kualitas dalam mengerjakan pekerjaan. Kualitas pekerjaan adalah indikator yang menunjukkan apakah personalia pendidikan memang mempunyai etos kerja yang tercermin dalam sikap profesionalitas.
Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi tidak akan berpatokan hanya pada kehadiran dan produktifitas saja, karna semua itu tidak akan berguna kalau hasil pekerjaannya semerawut dan tidak berbobot. Kualits pekerjaan seorang personalia pendidikan adalah pertimbangan yang sangat perlu untuk di perhatikan, hal ini menyangkut pandangan apakah dia seorang yang profesional atau tidak.
Kualitas pekerjaan akan berimplikasi logis pada penilaian hasil kerja dan standart keilmiahan dan keilmuan seorang personalia pendidikan, karena percuma kalau seorang personalia pendidikan produktif dan rajin kalau ternyata hasil pekerjaannya tidak memuaskan atau bahkan dalam mengerjakan semua pekerjaan terkesan asal-asalan apalagi keliru (sama sekali tidak ada kualitasnya). Hal ini disadari atau tidak akan berpengaruh terhadap kinerja semua lembaga pendidikan dan tidak mungkin akan menghancurkan karier dari seorang personalia pendidikan tersebut.
Dengan melihat tiga indikator di atas, setidaknya dapat tergambar bahwa seorang personalia pendidikan yang memiliki etos kerja tinggi akan berusaha dengan kemauan yang tinggi untuk eksis dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dia selama ini. Hubungan antara kehadiran-produktifitas-dan kualitas pekerjaan yang menjadi indikator etos kerja tersebut bukanlah sesuatu yang atomistik (terpisah dan tidak ada relevansi), melainkan ketiga indikator tersbut harus membentuk jaring laba-laba yang ber-integrasi antara yang satu dengan yang lain.
Hubungan kontinuitas antara ketiga indikator tersebut, adalah cara sistematis seorang personalia pendidikan dalam menjalanka tugas dan tanggung jawabnya.

F. Kesimpulan

Setelah panjang lebar diterangkan tentang tela’ah filosofis tentang etos kerja, prinsip-prinsip etos kerja, dan tujuan etos kerja serta aplikiasi etos kerja dalam kinerja personalia pendidikan, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya masalah etos kerja telah massif dibicarakan sebagai hal yang penting dalam peningkatan kualitas kerja manusia sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Melihat teori-teori dan prinsip-prinsip dasar yang dipunyai oleh etos kerja, dapat dipahami bahwa, etos kerja bukanlah sesuatu yang mati, namun etos kerja yang dimiliki oleh personal dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Pengembangan etos kerja dapat dilakukan dengan membenahi interior etos kerja itu senidiri, atau dengan memanfaatkan eksterior yang melingkupi etos kerja, sebagai sarana atau rangsangan yang dapat meningkatkan kualitas etos kerja dan kinerja seseorang
Dalam konteks pendidikan, etos kerja dapat dipahami sebagai sebuah sikap dan cara pandang personalia pendidikan sebagai perpaduan antara kemampuan dan motivasi yang dimiliki oleh personalia pendidikan sebagai alat peningkatan kualitas kerja yang dijalankan. Oleh karena itu, maksimal atau tidaknya etos kerja yang dimiliki oleh personalia pendidikan tergantung pada diri personalia pendidikan itu sendiri. Selain itu, para pemegang kebijakan pendidikan juga harus lebih giat memotivasi kinerja para personalia pendidikan, demi terciptanya tata kerja yang maksimal dan efektif sebagai sebuah tujuan bersama untuk meningkatkan pelayanan terhadap dunia pendidikan.
Dari upaya bersama yang dilakukan untuk membenahi etos kerja dan kinerja personalia pendidikan, diharapkan menghasilkan personalia pendidikan yang cerdas, semangat, kreatif dan tahan banting mengahadapi arus perubahan zaman yang tidak mungkin kita hindari. Dengan kata lain, arus industrial yang dibawa oleh globalisasi melalui peningkatan teknologi informasi dapat diimbangi oleh para personalia pendidikan, dengan peningkatan ability serta kualitas skill yang dimiliki untuk memanajemen semua media pendidikan yang nantinya akan dikembangkan.
Tentu dalam melihat etos kerja yang dimiliki oleh seorang personalia pendidikan membutuhkan sesuatu yang rigit dan tampak dipermukaan, faktor kahadiran, produktifitas, dan kualitas pekerjaan dapat kikedepankan untuk meihat secara lebih jelas, apakah seorang personalia pendidikan mempunyai etos kerja yang baik atau sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar